Pasal 264 KUHP – Pemalsuan Dokumen untuk Penipuan
Pasal 264 KUHP mengatur tentang pemalsuan dokumen yang digunakan dalam rangka penipuan atau untuk memperoleh keuntungan secara ilegal. Isi Pasal 264 KUHP:
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dengan sengaja memalsukan dokumen atau surat, yang dapat dipergunakan sebagai alat bukti atau alat transaksi yang sah, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.”
Penjelasan: Pasal ini berfokus pada pemalsuan dokumen yang digunakan untuk tujuan penipuan. Pemalsuan dokumen dapat mencakup surat perjanjian, akta otentik, atau dokumen resmi lainnya yang digunakan untuk memperoleh keuntungan secara melawan hukum.
Pasal 378 KUHP – Penipuan Umum
Pasal 378 KUHP adalah pasal utama yang mengatur tentang tindak pidana penipuan dalam hukum pidana Indonesia. Pasal ini mengatur mengenai tindakan yang dilakukan dengan cara menipu seseorang untuk mendapatkan keuntungan secara tidak sah. Isi Pasal 378 KUHP:
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, atau dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu, atau memberikan hutang, yang dapat mendatangkan kerugian, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”
Penjelasan: Pasal ini mengatur tentang penipuan dengan menggunakan modus operandi seperti menyamar menggunakan identitas palsu, memberikan informasi yang salah, atau melakukan tindakan yang membujuk korban untuk menyerahkan harta benda atau memberikan pinjaman. Hukuman bagi pelaku penipuan ini adalah penjara maksimal 4 tahun.
Pasal 64 KUHP – Pemberatan Hukuman dalam Penipuan Berulang
Pasal ini memberikan ketentuan tentang pemberatan hukuman bagi pelaku penipuan yang melakukannya berulang kali atau dalam skala yang lebih besar. Isi Pasal 64 KUHP:
“Apabila perbuatan penipuan dilakukan oleh pelaku yang telah berulang kali melakukannya atau dengan cara yang lebih terorganisir, maka pidana yang dijatuhkan dapat lebih berat dari ketentuan yang ada.”
Penjelasan: Pasal ini memberikan kemungkinan pemberatan hukuman bagi pelaku penipuan yang terbukti melakukan tindak pidana penipuan secara berulang atau dalam bentuk yang lebih terstruktur, seperti penipuan dengan modus tertentu yang lebih rumit.
Seiring berjalannya waktu, interpretasi hukum terkait pencemaran nama baik telah mengalami perkembangan signifikan. Mahkamah Konstitusi (MK) telah beberapa kali mengeluarkan putusan yang memberikan tafsir baru terhadap pasal-pasal pencemaran nama baik, terutama yang diatur dalam UU ITE.
Salah satu putusan penting adalah Putusan MK Nomor 50/PUU-VI/2008, yang menyatakan bahwa pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE harus ditafsirkan dalam konteks yang sama dengan ketentuan serupa dalam KUHP. Ini berarti bahwa unsur "di muka umum" harus terpenuhi, dan pasal tersebut merupakan delik aduan, bukan delik biasa.
Lebih lanjut, Putusan MK Nomor 78/PUU-XXI/2023 memberikan penafsiran baru terhadap Pasal 310 ayat (1) KUHP. Mahkamah menyatakan bahwa pasal tersebut inkonstitusional bersyarat sepanjang tidak dimaknai mencakup perbuatan "dengan cara lisan". Putusan ini bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan KUHP dengan perkembangan dalam KUHP baru (UU No. 1 Tahun 2023) yang akan berlaku pada tahun 2026.
Perkembangan interpretasi hukum ini menunjukkan upaya untuk menyeimbangkan perlindungan terhadap kehormatan individu dengan jaminan kebebasan berekspresi yang merupakan hak fundamental dalam masyarakat demokratis.
%PDF-1.7
%µµµµ
1 0 obj
<>
endobj
2 0 obj
<>
endobj
3 0 obj
<>/ExtGState<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 15 0 R 23 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.44 841.68] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S>>
endobj
4 0 obj
<>
stream
xœåÛrÛ6öÝ3þ>JÞ˜!n™§M'É&í&ë��éÃvdK¶eÉ´+‰Mü÷{Î@Q"¡¸ vf;S‡WœÎ‡Ð¯ÇGYšáE¡E’%ªT©”I!YšÉbr|ôóIRýpq|ôòKK3™\\1x:KX"K‘ê"ÑðbwîṜëäf C'7tVسýg�OÅ@5üÿßäâÇ㣷0ô¿��~ÝŲTæmT8ùƒðÂàƘH%OtÁÓ¿jvKµìâ¾<€ÿó%ŠTd¡qcR¥e’yÊE"ržr•”YªUëI{‘1·6^ºB5ûp?º™”É›‡ÄËËT%yÎR&ÆéuÆ8¼´Õ^&éVû�õ ,[�ú{Éî9g©T‰f:eÁ˜øX™HÅ�`å²ï@°t�ÊX¹Kî€õÓP
FÃÓ|P¡MX=àáb(‡S>x;Æ‹ÓÕ�±AsçÕ~è‰mô
•f^ôÎ�Å� ÿ†�÷€7áxNx#†5ÞãŸ)ž&C–
>â]|žÞœ.W“EòaŽq zƒFy?dötf‘ôç�¨¹?_¹KË ‘
ÂãÈF(qáƒõèD‚�ØG‚N>ÏÓŒ�±*RÖµÈgŽÁóÉ=pýqÀÓª+å?¼“<æ-ñ˜à£•y7$þB€“>üOÃ’;` d@\bäÖá¤lôõ§2Ú¡�"Ѳe9E®¤a1…§KåÃ4Ž� ¼ëb2G"‘Ú5ݯŒy Îü
næx‰c40baX§ÓRø0+#â
?,´NN2<È�°´mÓƒoĦÕß°H‡àR$‰&Q†E¤…ÓÇ" ° ‰R¢Yƒ.ÅÐ�~#ûtIêT¼Þ†•T°œJø`Ö
°œ~XÎkL), E0’?Ÿ|£ŒãÀǦ·ÃÓ|�6vd¹˜þÜ�Ú"Å!®P�ŒW
+¾©J?-®ì@¾‘‹<-»6ÿçÉ%²r9]M’Ðñ#$Uz0^_ܸ£Ï„Â-ÌÚŠB¶ÇƼ|‰çw.\T.ĘãmšÈë[¼–b0Y7f}*=€�_‘…“é%äåÇ âØùÙoÍ(±¡ƒ—ÿtÊ7¸t6ºcEZèï³fkBÖ5¼U�1•£;‡ô¾ÈÀJ ðë“?’
ÉN^Î39gYªº²óÓä’Øy7,0S�–æ JÞ™xR„û¡€ù)óuPŽ©©ôûz6d|Pßc^s6ÌÍå±Ã
–àŒŸÁt¶¤i†Kø�\½~Â)¤GVÉ/öËÐdðînÜ w³oÊØá“,KŠÖûù´ŸÍì�
‚ïÉTtÁuÉuLü@ç×pg=5fF¤��7£*�“Ê䪥IAabñÈ<ñ"æOpºW‹´8YS#Áy+�ÖÂGlèô¿Ôè�”¹/;Àþ5w&á^……-8U›<°÷µÍ[ÀXÉ0UR¦\wóKÌÒÓäu¨¾EaX¬N¢ÀU™Ê҇¹3õ
,éqã‹zYÈðÉIò™p»ÄÙ¨’×W€ðíýh|rK áP‘û°<+‚1Œ?• [~0`,OóèÀl…We_d-¶ÀdQbD¶
ìõår…å²Ñ~¶ªK¢R; †æ§*v ÛÏ2u�å×,bQæ[�šb§ø4©&sã�ä`e‚˜MtAPÉEª
*1à•©ö�›W˜Ž"@/4šdøqy\ŒU.›ž‰L.ñ˜žÐ˜qˆt!¶õ`6š�Ð@¨³æ
¡s6Zb4GT1�,ù ¬¸¹7zÂ[«Ö_H †Ž:s1A^¾€DWãÑžÁi/\x zàî›Ð÷ÁƒäÆ/<_e&Ñ�}�¯4ë
b`mTèçúa§÷(Í.+iD‡¤Å»2EÉXFLÞE#p”h_¿uƒÏ³ÁÛùÄÛ€Ù
¯“
>ài55KÁ0+È4ô£ž=3æƒw�DNXxtÊoys6B6,)o™·xöDóIr Ù3Mú¤ºAîJ¬�ÃgWts…é¾^bË´ôò’0›Ø„_³Ùe¡^NM
~Ÿ }WN-¨l#ûd8*�ÂX_|sƒrûhï,'¸H4"bœË“z&¬æ5&Z”™T”ÜLtmsΖ»ÇƒÑ5¾³4©'ê@pK&$6xH�à!$EäxÈú¯1K'Î>N0ìé
‡,MÌÐ6àîhŒó`„ç–‚&šŒºZ5¼žÅ%ìóèv(�®Pr&Mlq[7v�k�¨‘©êǬÌÒBíÆÌÔ°$†€ÛÂÅ
¢h‚Ä™j`û®eö˜CŒCµÁ›6“SBù’¤ÃLëÌâZ““c‹kä2e^>Fˆ5rMÚ¯vŽŸó²í2ÖFe9³õJÃ:’{¬jªÁMµu-CEè¬:p•ê.ò·õÌ Šj+aZiŽMTRY58ªX;<Ýø;¼lâ\xqôDO¯ZcÙ@ßÃ:©pïDB�Vtyý´F¦Så…çè%¸±KÎHþ'¸ü@<hrà+íý°—X®®‹3–·^_æT®=|,ÑÁ¶²nðqBÖ©&»4ºmÂ#ÉUƒ,颊8ï¸úÄ•ÑðóšŽ#xíd énM8²ÊM:ò‰1{à&�‚k{�†ö�ò‰v.áX;µ«÷ø�1·n@ôãjTa0·ÞÇ”rÏ.?^ïÆÕ¤á¾üÂÜüKtF¢9¦mmöøà‘Lµ‘s<Üw1·/�-)_ïg]M´’%=~ÃÝÇq�KaÓÙ¶ÌZ1‰8í¢ ÷ØØm¸–23¼4î…udcG:kPm¿Ñ—dáuãt0È„ž1ºlW¬e…§Œ>ÚÄ,üªŒz~û™Áç(�ÎÆo£Ì5^˜ ¦FS9¶¼J™9¯b“Ñ8EN+-š>ÿúÞăh4oâ�÷ëM°]^vùñ,oRä6†�»ÏÙ¸cŒú=Þi¤ÍÖ?LÎ[ƒ[“¡Z£¿~µ/’�‚ŒÄVH1YY™Ë†µ=ÅR!ÈEßLÈ°Y‘ ¼Í5ø©uøÊP†�<ã6V¾Dy8nΰÌ'ß½yŒ’5Ö‚; £s�Ëi‡c4dÒÏ…©‘¬¦d&×xc§s8Y8éf»©PSiyÕzæɬÊØ3+Vn-/]®»°îb¿@0·FµŒÍH€2�+{t¹.F“ý»2ŸŸ”QªÒœ??btsåX÷ÀÛ¦vÍè;j¡ÁŠ8)�YDh±~i?N
¹é·‰gáNÑE}YÏ鳇àP¹)sôCu²(¹•ÝÍ
ªY
8UÖ�Î\!«yÜHZµjÖ=fëå4cÊ–_Í"Œ¬ÙÀC^„lQ¤¹ÞºÔ\Z¾µ*¨Æ%èVÉÏYåÚû*òvµÑúYÓYdÞx‹§Í—/½}wæÑǵ÷7)tDñæe™ò.gh%F«íÕÿ\n.ļˆÓÂ,¤¯³Iã©×%Üš
SAHABAT Islampos, judi bola identik dengan pertandingan sepakbola. Gelaran Piala Dunia 2022 yang saat ini sedang berlangsung pun tak luput dinodai oleh sejumlah oknum yang bermaksiat melakukan judi bola. Bagaimana hukum judi bola ini dalam Islam?
Perjudian adalah suatu tindakan pertaruhan sejumlah uang atau sesuatu yang berharga. Orang yang menang mendapat uang taruhan itu atau dengan kata lain adu nasib, sebagai bentuk permainan yang bersifat untung-untungan.
Setiap Muslim diperintahkan mengikuti syariat Islam dalam mencari penghasilan dengan cara halal dan baik. Sedangkan berjudi menunjukkan bahwa seseorang hanya mengandalkan nasib baik, kebetulan, dan mimpi-mimpi kosong yang membuat pelakunya enggan bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang baik atau halal.
BACA JUGA: Hikmah di Balik Larangan Judi
Padahal, kedudukan harta manusia dalam Islam adalah sesuatu yang terhormat. Dilarang mengambil semena-mena, kecuali dengan cara yang telah disyariatkan, atau dalam bentuk pemberian dengan sukarela.
Oleh karena itu, judi itu dilarang dalam Islam. Hukumnya haram. Termasuk judi bola yang banyak dilakukan secara daring maupun secara offline lewat taruhan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surat Al Maidah Ayat 90:
إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menggandengkan judi atau qimar dengan khamr, al anshab, dan al azlam. Ini adalah perkara-perkara yang tidak diragukan lagi keharamannya.
Selain itu dalam Surat Al Maidah Ayat 91, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu (lantaran meminum khamar dan berjudi itu).”
Selanjutnya dalam Surat Al Maidah Ayat 91 juga disebutkan:
وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“… dan menghalangi kamu dari mengingat Allah …” (QS Al Maidah: 91)
BACA JUGA: Ternyata Khamar dan Judi Itu…
Selengkapnya, inilah sejumlah alasan mengapa judi diharamkan oleh syariat Islam:
%PDF-1.7 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> /XObject <> /ProcSet [/PDF /Text /ImageB /ImageC /ImageI] >> /Parent 27 0 R /MediaBox [0 0 595.3200 841.9200] /Contents 3 0 R /StructParents 0 /Group <> /Tabs /S >> endobj 3 0 obj [4 0 R 5 0 R 6 0 R 7 0 R] endobj 4 0 obj <> stream q endstream endobj 5 0 obj <> stream xœXmoÚHþŽÄØ�öI,û¾ÞªªDM$Ð �¢~@)M9]É]ŠNê¿¿™µMìd½ö�. 6»Ï<óº3GÏÇý×íѼ?�Û‡o»/ä~xöt<>}ÿ<\ÿüs7\n÷‡íqÿtøð�œ�ÏÉÙºß~䄲þÚïqÂà—Éå’hAáù÷~�‘G¼\ô{÷É>ýLÖWýÞ¶âö—=’*÷²ç>! +9®DfTV’Éõ9!Ã%êq}>6œo�$ÙLÇi�¸ \Q¦jܹpÔ*b¹¦ºÄ_¦*™Üâå.x·�×^7é@&d59K¥¿¿ÀËÔ?œM–©õçx�û9,*7Þ–‹ß‘Ù(5ÉîñsXWŠWô81—–òŒg)3óK”7Ã2'c�t¿˜¤íߎsý"òD@žÈ5¼./JZ†@œ¤ÌÕAÖÀE'—£‚ÙÈÛM:½^‚sï… _ãg«ÜÞ1É*d.a(WÄXˆ#Sq´‡ônƒ˜DôÏoÅ'k"ɦ°àøà˘x/Y毊Ä@L„jmdS†å=¸¹ 7 Å-·À؃ÍÞx—›.áfCžƒ$ €vÔe…lŽ¢ Yx)ï–58ÊæŽòv"˜>™føìÎ;ïæD5B"�PP¤®“ˆjâŠj°;„ªA½Œ…Æ(�Ñ›ÿËR#2I3 /45¥÷V3Œ}o”eÛ åR‚Ƽ¾7NŽ7“pN3@gŽòNࢠü¢†tÝŒ)›<õÒZ*]'HõOÐùÚpªºÖm6(!•¥¦¤i5kfh&‰t #©¤íè)‰ÁÙÍùYWHË(ëé:ÚRjCE'HIÎ7ñ/\†ÍˆT‚êÒS‹?v��ßÞE…„Îe 9Êu,NU´…¾ µ‘ŸàXþsÈÙ üßûCSÛ$²×ö\âÉ[B('Ä EPÄ9A5%Í-wºc3-[ky i5•�¦u,µõ¹Ã¢»¸V´,LË”óäv‘ÌaYr;±ͼ+<ÆÖxplpš’é<äÃð†\nf›ë†³D1ƒ]eUJœw{÷#®”Є2ZVþ�ÈÈÚd´7óµŸÿWäÿ{r¤‚Vc?‘YÊYjÂ.¯ÁMþe<Äý£Õ´éìWâª.;®MkãÉá�†ðö4 äl~�Üz›OK]fø•Ãz�.˜ãe:ƒù/÷Ëb‚¾@�M¯À YáG¯«w¡wܨQ)åg‰*‡¸R¯°=´å<†D'È->¹uÔ:ïËШ*€ÛxœnkŒ]*d‚߆ҵþm½T0ýÊ„y÷†GAšúaH&ÚoAÄKÕ„"èX‡ã”+ %F³Jéäо�Ìß æ‡�VÃðõ b‡ÓïÛÇ�#ã'R–Î ×ËLç endstream endobj 6 0 obj <> stream Q endstream endobj 7 0 obj <> stream /Artifact <>BDC q 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 cm /NxFm0 Do Q EMC endstream endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj [250 333 0 0 0 0 0 0 333 333 0 0 250 333 250 278 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 278 278 0 0 0 444 0 722 667 667 722 611 556 722 722 333 389 722 611 889 722 722 556 0 667 556 611 722 722 944 722 722 611 0 0 0 0 500 0 444 500 444 500 444 333 500 500 278 278 500 278 778 500 500 500 0 333 389 278 500 500 722 500 500 444] endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj [250 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 250 333 250 0 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 333 0 0 0 0 0 0 722 667 722 722 667 611 778 778 389 500 778 667 944 722 778 611 0 722 556 667 722 722 1000 0 722 0 0 0 0 0 0 0 500 556 444 556 444 0 500 556 278 333 556 278 833 556 500 556 0 444 389 333 556 500 722 500 500] endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <> >> endobj 15 0 obj <> endobj 16 0 obj <> endobj 17 0 obj <> /ProcSet [/PDF] >> /Subtype /Form /Length 71 /Matrix [1.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000] /BBox [0.0000 0.0000 595.3200 841.9200] >> stream q 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 cm /NxFm0 Do Q endstream endobj 18 0 obj <> /XObject <> /ProcSet [/PDF] >> /Subtype /Form /Length 89 /Matrix [1.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000] /BBox [110.6600 236.1600 484.6600 605.7600] /PieceInfo 14 0 R >> stream q /NxGS gs 374.000000 0.000000 0.000000 369.600000 110.660004 236.159991 cm /NxImage Do Q endstream endobj 19 0 obj <> endobj 20 0 obj <> stream ÿØÿà JFIF ÿÛ C $.' ",#(7),01444'9=82<.342ÿÛ C 2!!22222222222222222222222222222222222222222222222222ÿÀ PT" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? ÷ú(¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¬ÝsZ³ðþ�q©ßÈÞÉõcØRO—ãOÚx;Dkɱ%Ëå-óÌ�þ©5äÞø¡aâ cñÃÉe¨Éæy®0!sÀe“Œzqß1hÚf©ñwÆRêš™x´›v‚“„Qȉ=ÏR~§ÐW¤øïáí—‰´¡°†+{ëöÚ .Ð?ÕŸöOèyõ¤=å]]C)HÈ#½:¼ká_Ž'µº×‹Çðù+©êÖðÈ?å–íÏÿ |Œšä.þ8øbE½¶¡sŽë¨ÿ ǘҀ±é´W‘�šH8-é÷2 þ´£ãÞ‘ßF¾ÿ ¾Ðÿ ZW™ë”W�Ëñ÷MQûí�ûs"ÿ �d\üfñ6²ÿ fÐ4H㑸®ò ÌP=›WÖ´í Áïu;¸í _âsÉö©>¼+YÕõ‹Þ*ƒKÒã’ .Ü7ôEï,žç _ÃÔÕí;á—‹|c|º‡‹o嶋®%`òãÑP|©þx5Þ_jžøU¡KhÔNü¥´gtÓ·@Xÿ SøzQ{ sUÓ>x6ÞÇN„=Ó*Ò4‡«¶:óÉ=òzã4kÄ>Ö ¸ñ4Íq¦k/¾æBK}šcëéÇ\vé÷kGÃÚ.§®k‡ÅÞ(P.›þ<¬ðvÛ¯nC�^s“ÞºÍWK´Ötɬ/cA2àŽê{èE|¦;‰!CtõŠøŸùz0¡xÝîs?üu˜Äºî¿‰CL°žg@8e#«Ôtè*o‡Ÿí5{xt½vu·ÔÐI¤á.1ÇSÑýGíT>2�º†ƒóô&Œã¬3úÖ¢±í”W‘¯Ç½#:5ö}�?Æ�ü|ÒGM÷ñ‘?Æ‹…™ë´W“EñçEfĺEúåJ6?ZÜÓ¾0xBýÂ=ì¶lz}ª£ó±ÞÑUí/muu¸³¹Šâé$NOâ*Å0 (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¦I"Å;°TQ’Ç ´[QÔm4› ¯o§H-á]Ï#œ ?ÇÚ¼K[ø…â_j�£xFÞâÞØ’7GòÊëýçn‘¯ãŸ~Õ[ÄZ¾§ñ_ÆQèš;Ò bUˆùp8iŸ×ÑGÓÔפI7†¾x]QP—º fk¹=OùÀ€¤;®ƒð6 üC©K,ËClp3îç“úWDÞøg ·PéºõûTáÛñƹֳñ—�?Ò5�BMJ~RÆØ‘#/mǃϿåWìþxVÐ ú{]?w¸•Ž"xX¾!Áa¥É~gäo–¦—ö¯Â¨¾]Þÿ ¿(¥'ö�‡çw‡¿ïÒéH<áp1ý‡eø¡?Öƒà�ÿ ÐËþø?ã\?ënùáþe}Z]Ç sá]ŸÌ¯ ƒê–êÇôSQOñ{Ášt~Nœ'ºoáŽÎÔ¨'ñÀ©£ðg†¢9]ÄxóüëN×N±²âÒÊÚx¢U? ¬çÅÔR÷)»ÿ ^£XWÕœœþ-ñ׊¿u¢i¢Y·k»?¼Ç°Çô?Z· xÇIº:�ôÒjz³�ÍusÎû “ƒîIü+ª9<уŠðqÙþ/¹»ÈÚc¢Š+Á7+ÞØÚêV’Z^ÛÇ<0Èã ÿ �÷®)|)â/ Î×>Õ ¶-¹´Û³”?BxþGÜ×{Ez,Ó‚w£-;t3•8Ës“ƒâìÚk|Sá»í>AÁ–ß÷ÇBjøñ÷Ã}\nº¸°g=EÝ¡ÏâJÖã ëµÀe=˜?Z̸ðÞ‡vs>�bä÷0('òôôx¹ZÕiýÌçx^̬u…-óðñ?õÉ?Â�jß S€ÞöÅøšCà�“ÿ ;/ûàÿ �/ü!>ÿ —ýûÿ ë×OúÛ†þGø™?V—q|ß…Wÿ 'üSÄžÛQ?£ºøSà�r&š>Ïé%�ÆåÏÐ’)²ø³)VÑ-@õMÊB+"†VVÒý«ÃÚ•î‘v§*ÑÊY>„d~'é[QâœÝ¤œ¯!<<ÖÆ¥àü=�µO_Ëul‡s˜�ÏÏ!‡®3ôÜøâ�§Š iÚŠ¥¦�”û¹ñýÜô?ìþYªG�µ� j1hþ8‰|¹NØ5X‡Èÿ ïñúñŽã½Tø—ðê9áxq<»˜ÿ }
%PDF-1.7 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> /XObject <> /ProcSet [/PDF /Text /ImageB /ImageC /ImageI] >> /Parent 27 0 R /MediaBox [0 0 595.3200 841.9200] /Contents 3 0 R /StructParents 0 /Group <> /Tabs /S >> endobj 3 0 obj [4 0 R 5 0 R 6 0 R 7 0 R] endobj 4 0 obj <> stream q endstream endobj 5 0 obj <> stream xœXmoÚHþŽÄØ�öI,û¾ÞªªDM$Ð �¢~@)M9]É]ŠNê¿¿™µMìd½ö�. 6»Ï<óº3GÏÇý×íѼ?�Û‡o»/ä~xöt<>}ÿ<\ÿüs7\n÷‡íqÿtøð�œ�ÏÉÙºß~䄲þÚïqÂà—Éå’hAáù÷~�‘G¼\ô{÷É>ýLÖWýÞ¶âö—=’*÷²ç>! +9®DfTV’Éõ9!Ã%êq}>6œo�$ÙLÇi�¸ \Q¦jܹpÔ*b¹¦ºÄ_¦*™Üâå.x·�×^7é@&d59K¥¿¿ÀËÔ?œM–©õçx�û9,*7Þ–‹ß‘Ù(5ÉîñsXWŠWô81—–òŒg)3óK”7Ã2'c�t¿˜¤íߎsý"òD@žÈ5¼./JZ†@œ¤ÌÕAÖÀE'—£‚ÙÈÛM:½^‚sï… _ãg«ÜÞ1É*d.a(WÄXˆ#Sq´‡ônƒ˜DôÏoÅ'k"ɦ°àøà˘x/Y毊Ä@L„jmdS†å=¸¹ 7 Å-·À؃ÍÞx—›.áfCžƒ$ €vÔe…lŽ¢ Yx)ï–58ÊæŽòv"˜>™føìÎ;ïæD5B"�PP¤®“ˆjâŠj°;„ªA½Œ…Æ(�Ñ›ÿËR#2I3 /45¥÷V3Œ}o”eÛ åR‚Ƽ¾7NŽ7“pN3@gŽòNࢠü¢†tÝŒ)›<õÒZ*]'HõOÐùÚpªºÖm6(!•¥¦¤i5kfh&‰t #©¤íè)‰ÁÙÍùYWHË(ëé:ÚRjCE'HIÎ7ñ/\†ÍˆT‚êÒS‹?v��ßÞE…„Îe 9Êu,NU´…¾ µ‘ŸàXþsÈÙ üßûCSÛ$²×ö\âÉ[B('Ä EPÄ9A5%Í-wºc3-[ky i5•�¦u,µõ¹Ã¢»¸V´,LË”óäv‘ÌaYr;±ͼ+<ÆÖxplpš’é<äÃð†\nf›ë†³D1ƒ]eUJœw{÷#®”Є2ZVþ�ÈÈÚd´7óµŸÿWäÿ{r¤‚Vc?‘YÊYjÂ.¯ÁMþe<Äý£Õ´éìWâª.;®MkãÉá�†ðö4 äl~�Üz›OK]fø•Ãz�.˜ãe:ƒù/÷Ëb‚¾@�M¯À YáG¯«w¡wܨQ)åg‰*‡¸R¯°=´å<†D'È->¹uÔ:ïËШ*€ÛxœnkŒ]*d‚߆ҵþm½T0ýÊ„y÷†GAšúaH&ÚoAÄKÕ„"èX‡ã”+ %F³Jéäо�Ìß æ‡�VÃðõ b‡ÓïÛÇ�#ã'R–Î ×ËLç endstream endobj 6 0 obj <> stream Q endstream endobj 7 0 obj <> stream /Artifact <>BDC q 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 cm /NxFm0 Do Q EMC endstream endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj [250 333 0 0 0 0 0 0 333 333 0 0 250 333 250 278 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 278 278 0 0 0 444 0 722 667 667 722 611 556 722 722 333 389 722 611 889 722 722 556 0 667 556 611 722 722 944 722 722 611 0 0 0 0 500 0 444 500 444 500 444 333 500 500 278 278 500 278 778 500 500 500 0 333 389 278 500 500 722 500 500 444] endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj [250 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 250 333 250 0 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 333 0 0 0 0 0 0 722 667 722 722 667 611 778 778 389 500 778 667 944 722 778 611 0 722 556 667 722 722 1000 0 722 0 0 0 0 0 0 0 500 556 444 556 444 0 500 556 278 333 556 278 833 556 500 556 0 444 389 333 556 500 722 500 500] endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <> >> endobj 15 0 obj <> endobj 16 0 obj <> endobj 17 0 obj <> /ProcSet [/PDF] >> /Subtype /Form /Length 71 /Matrix [1.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000] /BBox [0.0000 0.0000 595.3200 841.9200] >> stream q 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 cm /NxFm0 Do Q endstream endobj 18 0 obj <> /XObject <> /ProcSet [/PDF] >> /Subtype /Form /Length 89 /Matrix [1.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000] /BBox [110.6600 236.1600 484.6600 605.7600] /PieceInfo 14 0 R >> stream q /NxGS gs 374.000000 0.000000 0.000000 369.600000 110.660004 236.159991 cm /NxImage Do Q endstream endobj 19 0 obj <> endobj 20 0 obj <> stream ÿØÿà JFIF ÿÛ C $.' ",#(7),01444'9=82<.342ÿÛ C 2!!22222222222222222222222222222222222222222222222222ÿÀ PT" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? ÷ú(¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¬ÝsZ³ðþ�q©ßÈÞÉõcØRO—ãOÚx;Dkɱ%Ëå-óÌ�þ©5äÞø¡aâ cñÃÉe¨Éæy®0!sÀe“Œzqß1hÚf©ñwÆRêš™x´›v‚“„Qȉ=ÏR~§ÐW¤øïáí—‰´¡°†+{ëöÚ .Ð?ÕŸöOèyõ¤=å]]C)HÈ#½:¼ká_Ž'µº×‹Çðù+©êÖðÈ?å–íÏÿ |Œšä.þ8øbE½¶¡sŽë¨ÿ ǘҀ±é´W‘�šH8-é÷2 þ´£ãÞ‘ßF¾ÿ ¾Ðÿ ZW™ë”W�Ëñ÷MQûí�ûs"ÿ �d\üfñ6²ÿ fÐ4H㑸®ò ÌP=›WÖ´í Áïu;¸í _âsÉö©>¼+YÕõ‹Þ*ƒKÒã’ .Ü7ôEï,žç _ÃÔÕí;á—‹|c|º‡‹o嶋®%`òãÑP|©þx5Þ_jžøU¡KhÔNü¥´gtÓ·@Xÿ SøzQ{ sUÓ>x6ÞÇN„=Ó*Ò4‡«¶:óÉ=òzã4kÄ>Ö ¸ñ4Íq¦k/¾æBK}šcëéÇ\vé÷kGÃÚ.§®k‡ÅÞ(P.›þ<¬ðvÛ¯nC�^s“ÞºÍWK´Ötɬ/cA2àŽê{èE|¦;‰!CtõŠøŸùz0¡xÝîs?üu˜Äºî¿‰CL°žg@8e#«Ôtè*o‡Ÿí5{xt½vu·ÔÐI¤á.1ÇSÑýGíT>2�º†ƒóô&Œã¬3úÖ¢±í”W‘¯Ç½#:5ö}�?Æ�ü|ÒGM÷ñ‘?Æ‹…™ë´W“EñçEfĺEúåJ6?ZÜÓ¾0xBýÂ=ì¶lz}ª£ó±ÞÑUí/muu¸³¹Šâé$NOâ*Å0 (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¢€ (¦I"Å;°TQ’Ç ´[QÔm4› ¯o§H-á]Ï#œ ?ÇÚ¼K[ø…â_j�£xFÞâÞØ’7GòÊëýçn‘¯ãŸ~Õ[ÄZ¾§ñ_ÆQèš;Ò bUˆùp8iŸ×ÑGÓÔפI7†¾x]QP—º fk¹=OùÀ€¤;®ƒð6 üC©K,ËClp3îç“úWDÞøg ·PéºõûTáÛñƹֳñ—�?Ò5�BMJ~RÆØ‘#/mǃϿåWìþxVÐ ú{]?w¸•Ž"xX¾!Áa¥É~gäo–¦—ö¯Â¨¾]Þÿ ¿(¥'ö�‡çw‡¿ïÒéH<áp1ý‡eø¡?Öƒà�ÿ ÐËþø?ã\?ënùáþe}Z]Ç sá]ŸÌ¯ ƒê–êÇôSQOñ{Ášt~Nœ'ºoáŽÎÔ¨'ñÀ©£ðg†¢9]ÄxóüëN×N±²âÒÊÚx¢U? ¬çÅÔR÷)»ÿ ^£XWÕœœþ-ñ׊¿u¢i¢Y·k»?¼Ç°Çô?Z· xÇIº:�ôÒjz³�ÍusÎû “ƒîIü+ª9<уŠðqÙþ/¹»ÈÚc¢Š+Á7+ÞØÚêV’Z^ÛÇ<0Èã ÿ �÷®)|)â/ Î×>Õ ¶-¹´Û³”?BxþGÜ×{Ez,Ó‚w£-;t3•8Ës“ƒâìÚk|Sá»í>AÁ–ß÷ÇBjøñ÷Ã}\nº¸°g=EÝ¡ÏâJÖã ëµÀe=˜?Z̸ðÞ‡vs>�bä÷0('òôôx¹ZÕiýÌçx^̬u…-óðñ?õÉ?Â�jß S€ÞöÅøšCà�“ÿ ;/ûàÿ �/ü!>ÿ —ýûÿ ë×OúÛ†þGø™?V—q|ß…Wÿ 'üSÄžÛQ?£ºøSà�r&š>Ïé%�ÆåÏÐ’)²ø³)VÑ-@õMÊB+"†VVÒý«ÃÚ•î‘v§*ÑÊY>„d~'é[QâœÝ¤œ¯!<<ÖÆ¥àü=�µO_Ëul‡s˜�ÏÏ!‡®3ôÜøâ�§Š iÚŠ¥¦�”û¹ñýÜô?ìþYªG�µ� j1hþ8‰|¹NØ5X‡Èÿ ïñúñŽã½Tø—ðê9áxq<»˜ÿ }
Pasal-Pasal yang Mengatur tentang Penipuan dalam Hukum Pidana Indonesia
Penipuan merupakan salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana pelaku mencoba untuk memperoleh keuntungan dengan cara menipu atau membujuk seseorang untuk menyerahkan sesuatu yang berharga. Dalam sistem hukum Indonesia, penipuan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang memberikan sanksi terhadap siapa saja yang terbukti melakukan penipuan. Berikut ini adalah beberapa pasal yang mengatur tentang penipuan dalam hukum pidana Indonesia.
Pasal 379 KUHP – Penipuan dengan Surat Palsu
Pasal 379 KUHP mengatur penipuan yang dilakukan dengan menggunakan surat atau dokumen palsu, baik itu untuk mendapatkan uang atau barang dari orang lain. Isi Pasal 379 KUHP:
“Barang siapa dengan memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan tipu muslihat, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu, atau memberikan hutang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”
Penjelasan: Pasal ini khusus mengatur penipuan yang dilakukan dengan menggunakan dokumen atau surat palsu, yang dapat mencakup segala jenis surat yang digunakan dalam transaksi atau kegiatan bisnis. Jika surat palsu digunakan untuk menipu, pelaku bisa dijatuhi pidana penjara hingga 5 tahun.
Pasal 372 KUHP – Penggelapan dalam Jabatan
Meskipun tidak sepenuhnya masuk dalam kategori penipuan, pasal ini mengatur tentang penggelapan yang berkaitan dengan jabatan atau kepercayaan, yang seringkali juga disertai dengan tindakan penipuan. Isi Pasal 372 KUHP:
“Barang siapa yang dengan sengaja menggelapkan barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang dipercayakan kepadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”
Penjelasan: Pasal ini berkaitan dengan penggelapan yang sering terjadi dalam konteks pekerjaan atau jabatan. Meskipun bukan penipuan dalam arti yang luas, penggelapan ini bisa melibatkan manipulasi atau kebohongan terkait harta yang dikelola.
Pasal 490 KUHP – Penipuan dalam Perkawinan
Pasal ini mengatur penipuan yang berkaitan dengan perkawinan, terutama terkait penipuan yang dilakukan dengan tujuan mengelabui pihak lain dalam proses perkawinan. Isi Pasal 490 KUHP:
“Barang siapa dengan maksud menipu, membuat perjanjian nikah atau perkawinan yang tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun.”
Penjelasan: Pasal ini mengatur tentang penipuan yang terjadi dalam konteks pernikahan atau perjanjian perkawinan, yang melibatkan kebohongan atau pemalsuan informasi mengenai status atau persyaratan perkawinan.
Pasal 386 KUHP – Penipuan dalam Transaksi Perdagangan
Pasal 386 KUHP mengatur tentang penipuan yang terjadi dalam konteks transaksi perdagangan, seperti penjualan barang yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan atau penipuan terkait kualitas barang. Isi Pasal 386 KUHP:
“Barang siapa dalam transaksi perdagangan, dengan sengaja mengelabui pihak lain untuk membeli atau menerima barang yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”
Penjelasan: Pasal ini memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan penipuan dalam perdagangan, seperti menjual barang palsu, barang dengan kualitas yang lebih rendah dari yang dijanjikan, atau menggunakan informasi yang menyesatkan.